Dinamika hidup sebagai anak kost sangat menarik untuk ditelusuri dan
didokumentasikan. Banyak kisah yang bisa diceritakan, misalnya pengalaman
mencari tempat kost, mendesain dan melengkapi kamar kost supaya nyaman,
beradaptasi menjadi anak kost yang jauh dari orang tua, strategi bertahan
sebagai anak kost hingga manfaat yang dirasakan sebagai anak kost. Bermula dari
pemikiran di atas, sebagai anak kost selama kurang lebih 10 tahun yang tinggal
di 4 tempat yang berbeda; Salatiga, Denpasar, Jakarta dan Groningen; saya ingin
membagikan cerita dan kisah dari pengalaman pribadi sejak pertama kali menjadi
anak kost di pertengahan tahun 2003 hingga sekarang. Pengalaman-pengalaman yang
ditulis ini sekiranya bisa bermanfaat, terutama bagi mereka yang akan/ingin/sedang
hidup sebagai anak kost yang jauh dari orang tua
Persiapan mental - Persiapan mental menjelang nge-kost itu sangat
penting sebab akan mengalami bagaimana rasanya tinggal jauh dari orang orang
tua. Ketika masih tinggal bersama orang tua, biasanya segala sesuatu sudah
disiapkan dan tersedia, misalnya dalam hal makanan atau fasilitas-fasilitas
rumah lainnya. Namun, pada hari pertama nge-kost dan seterusnya, segala sesuatu
harus dilakukan sendiri. Oleh sebab itu, sebelum nge-kost ada baiknya sudah
mulai melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah secara mandiri.
Memilih tempat kost - Lokasi tempat kost dan lingkungan akan pada
banyak banyak hal. Oleh sebab itu, pikirkan baik-baik ketika memilih tempat
kost. Jauh-jauh sebelumnya, sebaiknya meminta rekomendasi dari teman/kerabat di
kota yang dituju. Kalau di luar negeri, gabung di milis atau grup pelajar yang
bisa memberikan banyak info tentang kost/tempat tinggal. Jika memungkinkan,
lakukan kunjungan ke tempat-tempat kost yang direkomendasikan untuk melihat
situasi tempat kost, kamar yang hendak ditempati, pemilik dan penghuni kost,
lingkungan dan masyarakatnya, termasuk fasilitas-fasilitas transportasi yang
relatif dekat dengan sekolah/kampus/kantor dan warung/toko-toko yang terdekat
untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Menata dan melengkapi kamar kost - Di manapun berada, kenyamanan
tempat tinggal penting. Oleh sebab itu, bagian menata dan melengkapi kamar kost
sangat penting agar bisa betah nge-kost.Ada tempat kost-kostan yang sudah
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas dasar, misalnya kasur dan meja belajar;
ada pula yang hanya kamar saja. Maka itu, jika sudah menentukan pilihan tempat
kost, segera catat barang-barang apa saja yang perlu dimiliki. Ada orang tua
yang rela mengantarkan pindahan barang dari rumah, namun banyak pula yang harus
mencari sendiri barang-barang perlengkapan kamar. Untuk itu, perhatikan
anggaran yang dimiliki. Tidak harus membeli barang baru, banyak kakak
angkatan/tetangga kost yang hendak mau pindah bisa didekati lantas membeli
barang-barangnya. Jika di Groningen, bisa mencari di second hand shops dengan
kualitas yang masih bagus tetapi harganya murah.
Belajar Berpikir dan Berprioritas - Karena harus mengatur segala
sesuatunya, nge-kost menjadi tempat belajar berpikir dan mengatur hidup. Karena
tinggal jauh dari orang tua, mereka yang nge-kost mau tidak mau harus berpikir
bagaimana agar hidup terus berjalan secara normal. Mereka perlu berpikir
mengatur keuangan yang terbatas, namun kebutuhan dan keinginan yang tan batas.
Maka itu, mereka perlu membuat skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan
dan kepentingan, termasuk menyisihkan uang sebagai tabungan. Ketika harus
menyusun rencana seperti itu, maka secara tidak langsung kita banyak belajar
dan merasakan bagaimana orang tua mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Dengan pelajaran tersebut, akan bermanfaat untuk masa depan
ketika berkeluarga nanti.
Belajar mandiri - Selain dalam hal keuangan, nge-kost juga menjadi
media belajar hidup mandiri. Jika sedari kecil banyak tergantung dengan peran
orang tua, maka ketika nge-kost, segala sesuatu harus mulai dikerjakan
sendiri,misalnya memasak, mencuci baju, membersihkan kamar, bangun pagi untuk
ke sekolah/kuliah/bekerja. Mungkin sekarang banyak jasa-jasa yang dibuka untuk
menyasar para penghuni indekosan; misal laundry kiloan, katering etc; namun
sekali lagi berpulang ke masing-masing individu bagaimana skala prioritas
mengatur finansial dan waktu sehingga hidup di indekosan bisa berjalan dengan
normal dan nyaman.
Konsekuen pada pilihan - Pada titik tertentu, saya seringkali merasakan
sangat berat hidup jauh dari orang tua, apalagi ketika jatuh sakit. Segala
sesuatu harus dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan sendiri, tanpa ada keluarga.
Baru bangun tidur sudah berpikir banyak hal, sementara ketika berada di rumah,
segala sesuatu sudah tersedia. Namun, saya banyak belajar supaya saya konsekuen
dengan pilihan untuk hidup nge-kost. Itu sudah menjadi pilihan saya, berarti
saya harus menghadapi konsekuensi atas pilihan tersebut. Saya harus rela
kehilangan kesempatan mencicipi masakan Emak, kehilangan kebersamaan dengan
keluarga dan sebagainya. Namun, saya percaya kalau saya akan mendapat banyak
pelajaran hidup dari pilihan saya itu.
Konsultasi dengan Orang Tua - Meskipunhidup di indekosan, ingin
belajar hidup mandiri, namun bukan berarti putus kontak dan tidak bergantung
pada orang tua. Sebaiknya, secara rutin tetap menghubungi dan mengirim pesan ke
orang tua. Bagaimanapun, sebagai orang tua, pasti mereka tetap memiliki rasa
khawatir pada anak-anaknya meskipun mereka sudah dewasa. Dengan berkirim pesan
singkat, BBM, telepon dan dengan metode lainnya, orang tua akan merasa tenang
mendengar kabar anak-anaknya yang sedang berada di luar kota. Selain itu, tidak
ada salahnya juga bertanya dan berkonsultasi ke orang tua tentang segala
sesuatu yang dihadapi dan menjadi kendala selama hidup nge-kost.
Bersosialisasi dengan Pemilik Kost, Warga Kost dan Masyarakat Sekitar
- Agar tidak kesepian, upayakan bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman
kost yang lain, pemilik kost bahkan dengan warga sekitar. Buat acara-acara
bersama seperti piknik, belanja, masak bersama untuk menciptakan rasa
kebersamaan. Jika pemilik kost menempati rumah yang sama, sering bantu kalau
pemilik kost memerlukan bantuan. Siapa tahu akan seperti teman saya yang
menjadi pacar anak perempuan pemilik kost dan menikmati fasilitas berbeda
dengan penghuni kost yang lain. Selain itu, penting juga bergaul dengan
lingkungan warga sekitar. Kalau menurut pepatah Jawa, "Pager mangkok luwih
kenceng tinimbang pager tembok" yaitu hidup bergaul dan bersosialisasi
dengan tetangga dan warga sekitar akan menimbulkan rasa aman. Kalau misalkan
kita sering menolong orang lain, maka kita pasti akan ditolong manakala
membutuhkan. Contoh kongkritnya, ikut kerja bakti warga. Selain akan lebih
guyub rukun dengan warga, juga akan ada kesempatan mendapatkan konsumsi gratis.
Yang terpenting bisa mengatur waktu.
Kontak Penting - Karena jauh dari keluarga, berikan kontak penting
keluarga dan orang yang dipercaya di tempat indekosan untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan atau berita-berita penting lainnya. Hal ini juga
diperlukan untuk mengantisipasi kejahatan/penipuan yang seringkali menyasar
orang-orang nge-kost dengan menipu bahwa keluarga mengalami kecelakaan dan
membutuhkan uang. Selain itu, jika bepergian ke tempat lain, beritahu keluarga
dan orang-orang terdekat, misalnya kota yang dituju dan dengan siapa saja,
supaya jika ada sesuatu hal bisa dapat ditelusuri.
Itulah tips dan pelajaran nge-kost dari saya. Oya jangan lupa lapor
RT/RW di lokasi kost ya supaya tidak ada masalah dan aman dalam hal
administrasi. Yang penting juga tetap waspada, terutama dengan keamanan
barang-barang di kamar. Waspadai setiap orang yang keluar masuk ke lingkungan
kost dan jangan pernah lupa mengunci kamar.
Kalau sudah selesai nge-kost pasti akan merasa kangen dengan
pengalaman-pengalaman yang sudah terlewati. Meskipun dijalani terasa berat,
namun dalam beberapa waktu kemudian, semuanya terlihat normal dan lancar-lancar
saja, bahkan ngangeni. Semoga bermanfaat ya. Sekian!
0 komentar:
Posting Komentar